loading...

Video Pria Puji Ahok Berhasil Atasi Banjir Jakarta Dengan Tanggul

NAWACITA JOKOWI

Jokowi Lantik Kepala BSSN Djoko Setiadi

JOKOWI Kecam Pernyataan TRUMP Atas YERUSALEM

Jokowi Beri 1.230 Sertifikat Tanah di Papua Barat

Dunia Akui Kinerja Ahok

Fakta...!!! Praktek Uang Haram Trotoar Tanah Abang Dibongkar Tim Najwa Shihab

PRESIDEN JOKOWI Jadi Imam Shalat PRESIDEN AFGHANISTAN

Pesan JOKOWI Untuk Relawan PROJO Hadapi Tahun Politik

loading...

Gaya Bicara Sandi Uno Berlepotan, Jawaban Nggak Nyambung Dengan Pertanyaan

loading...
GAYA pemimpin Jakarta, khususnya Sandiaga Uno, banyak mendapat perhatian sejak ia dilantik menjadi Wakil Gubernur DKI. Hari pertama kerja pada Oktober 2017, ia sudah menjadi pembicaraan karena tidak memakai sepatu kantor, tetapi sepatu olahraga dan celana pakaian dinas harian tanpa ikat pinggang.

Perbedaan Sandiaga Uno dengan pejabat teras Pemprov DKI seketika terlihat karena yang lain memakai sepatu resmi kantor lengkap dengan ikat pinggang.




Bukan hanya gaya penampilan Sandi saja yang berbeda, yang terkadang memakai pelembap bibir saat wawancara. Ucapan Sandi pun sering menggelitik dan membuat wartawan saling pandang karena jawabannya tidak sejajar dengan pertanyaan.

Misalnya soal perbedaan rumah susun dan rumah lapis, ia menyatakan, "Konsepnya adalah lapis 1, lapis 2, lapis 3, dan itu yang menurut kami harus digunakan adalah konsep vertikal. Namun, jangan dibayangkan 16 lantai gitu," cetusnya.

Pengamat komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Dodi Ambardi berpandangan gaya komunikasi Wakil Gubernur Sandiaga Uno yang biasa berbicara dengan kalimat tidak terstruktur berpotensi menurunkan kredibilitas.

Bila kebiasaan itu tetap berlanjut, bisa jadi pesannya ditangkap dengan salah paham oleh masyarakat, media, maupun satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

"Kalau struktur tidak jelas bisa membuat SKPD bingung. Apalagi permasalahan sosial Jakarta banyak sekali. Kalau instruksi tidak jelas, arah kebijakan juga tidak jelas," kata Dodi kepada Media Indonesia, Selasa (12/12).

Dodi mengingatkan, dari masa ke masa, karakter gubernur Jakarta terkenal jernih dalam berlogika. Mantan Gubernur Fauzi Bowo yang kental dengan budaya Betawi juga cenderung berkomunikasi dengan lugas. Joko Widodo meskipun berlatar kultur Jawa relatif sopan dan omongannya jernih. Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok juga dikenal lugas.

Salah satu pernyataan Sandiaga Uno yang viral ialah saat ia ditanya wartawan soal banjir di Jakarta, Senin (11/12). Sandi menjawab, "Ini adalah fenomena alam. Allah lagi ngirimin hujan." Menurut Dodi, Sandi hanya menyatakan sesuatu yang sudah pasti (stating the obvious).

Padahal, maksud pertanyaan wartawan, bagaimana Sandi mencegah dan mengantisipasi ancaman banjir agar tidak lagi separah hari itu karena banjir itu membuat Jakarta lumpuh.

Dodi juga heran dengan jawaban Sandi waktu itu. "Mestinya kan jawabannya bagaimana cara mengatasinya, kan begitu. Bukan soal keimanan. Saya melihat perkataan Sandi berlepotan. Kadang logikanya terkilir menjadi tidak jernih dan cara menyelesaikan persoalan hubungan sebab-akibatnya tidak ketemu," tandas Dodi.

Dalam beberapa pernyataannya, Sandi pun cukup sering menggunakan bahasa Inggris. Namun, hal itu pun dinilai hanya sebagai branding untuk menciptakan citra yang terdidik, elite, dan berkelas.

Padahal, jika terjadi kekeliruan akan merugikan dirinya sendiri. Terlebih, masyarakat belum tentu menangkap makna yang jelas. "Tidak to the point akan menurunkan kredibilitas," lanjutnya.

Sementara itu, Anies Baswedan dinilai cenderung berlogika dengan baik. Artikulasinya juga tertata. 

Namun, Dodi melihat ada kecenderungan Anies ingin berbeda dengan pendahulunya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang secara objektif kerja kerasnya diakui.

Namun, dirinya meminta masyarakat untuk bersangka baik selama satu tahun apakah ada perubahan dalam cara komunikasi politik kedua pemimpin Jakarta itu. "Untuk orang baru kita harus berprasangka baik dulu," imbuhnya.MediaIndonesia.com
loading...

Comments