loading...

Video Pria Puji Ahok Berhasil Atasi Banjir Jakarta Dengan Tanggul

NAWACITA JOKOWI

Jokowi Lantik Kepala BSSN Djoko Setiadi

JOKOWI Kecam Pernyataan TRUMP Atas YERUSALEM

Jokowi Beri 1.230 Sertifikat Tanah di Papua Barat

Dunia Akui Kinerja Ahok

Fakta...!!! Praktek Uang Haram Trotoar Tanah Abang Dibongkar Tim Najwa Shihab

PRESIDEN JOKOWI Jadi Imam Shalat PRESIDEN AFGHANISTAN

Pesan JOKOWI Untuk Relawan PROJO Hadapi Tahun Politik

loading...

6 Jam di Afghanistan, Jokowi: Perdamaian Harus Diupayakan

loading...
Kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo di Afghanistan cukup dramatis. Ancaman teror membayang-bayangi aktivitas Presiden Jokowi di sana.

21 Januari 2018 atau delapan hari sebelum ketibaan Jokowi, bom meledak di Hotel Intercontinental menewaskan lebih dari 20 orang. Serangan diklaim Taliban.

24 Januari 2018 atau lima hari sebelum ketibaan Jokowi, ISIS membunuh tiga orang di kantor lembaga amal Save the Children di Jalalabad.

27 Januari 2018 atau dua hari sebelum ketibaan Jokowi, bom bunuh diri menghantam pusat kota Kabul. Pelaku menggunakan ambulans berisi penuh bahan peledak.

Bahkan, pada hari ketibaan Jokowi, Senin (29/1/2018), tepatnya dua jam sebelumnya, markas akademi militer di Kabul kembali diserang.

Sebanyak lima tentara Afghanistan tewas dan 10 lainnya mengalami luka dalam serangan yang diklaim dilakukan ISIS tersebut.

Bisa dibayangkan, betapa mencekamnya kota tersebut sepanjang Januari ini.

Bersikeras ke Afghanistan

Pukul 11.40 waktu setempat, pesawat kepresidenan Indonesia-1 mendarat di Bandar Udara Internasional Hamid Karzai, Kota Kabul.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno menjelaskan, pihak Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) telah menyampaikan pertimbangan potensi gangguan keamanan di Afghanistan kepada Presiden Jokowi.

"Tapi, Pak Presiden Jokowi sudah bersikeras. Pak Jokowi maunya ke sana, jadi ya ke sana," ujar Pratikno di kantornya di Jakarta, Senin.

Presiden Jokowi pun menjadi presiden kedua yang menjejakkan kaki di Afghanistan setelah proklamator Ir Soekarno 57 tahun lalu, tepatnya tahun 1961.

Hujan salju mengiringi momen Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana turun dari pesawat. Wakil Presiden Afghanistan Sarwar Danish menyambutnya di ujung tangga pesawat.

Dari area bandara, Presiden Jokowi dan rombongan bergerak menuju Istana Presiden Arg. Selama sekitar 10 menit, kendaraan Jokowi menembus salju dan udara dingin 1 derajat celsius di kota yang masih mencekam tersebut.

Sesampainya di Istana Presiden Arg, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah menunggunya di pelataran. Jokowi disambut peluk hangat dan senyum lebar oleh Presiden Ghani.

Pertemuan keduanya yang begitu hangat tampak seperti dua sahabat yang sudah lama tidak berjumpa.

Presiden Ghani lalu membawa Presiden Jokowi berjalan kaki mengikuti upacara kenegaraan. Terpaan salju mengiringi keduanya berjalan mengecek pasukan kehormatan. Senyum tak pernah lepas dari wajah Jokowi dan Ghani.

Kehangatan juga terasa saat keduanya melaksanakan pertemuan empat mata alias tete a tete dan pertemuan bilateral bersama masing-masing delegasi. Tawa dan canda menghiasi serangkaian pertemuan itu.

Sebagai tanda persahabatan, Presiden Jokowi dan Presiden Ghani bertukar penutup kepala seusai rangkaian pertemuan bilateral.

Jokowi menerima longi, topi panjang yang ujungnya menjuntai sampai 7 meter. Sementara Ghani menerima peci hitam yang sebelumnya dikenakan Jokowi.
Setelah itu, keduanya menunaikan salat Ddzuhur berjemaah di masjid kompleks Istana. Presiden Jokowi didaulat sebagai imam.

Dalam pernyataan pers bersama, Presiden Ghani mengibaratkan kedatangan Jokowi sebagai turunnya hujan salju.

"Kedatangan Yang Mulia tidak perlu membawa emas, tetapi membawa hujan dan salju. Hujan dan salju merupakan berkah bagi kami. Hujan dan salju tidak pernah memilih akan turun pada orang kaya atau orang miskin," demikian kutipan pernyataan pers Ghani.

Medali untuk Jokowi

Presiden Ghani lalu menjamu makan siang Presiden Jokowi dan rombongan. Di sela jamuan santap siang itu, Presiden Ghani menganugerahkan Medal of Ghazi Amanullah kepada Presiden Jokowi.

Medali tersebut merupakan bentuk penghormatan Afghanistan kepada sosok Joko Widodo atas keteguhan dan keberanian dalam memajukan hubungan bilateral Indonesia-Afghanistan, terutama dalam pembangunan perdamaian di Afghanistan.

"Terima kasih atas anugerah Medal of Ghazi Amanullah. Medali ini akan jadi spirit baru upaya meningkatkan hubungan bilateral dan perdamaian," ujar Jokowi.

Presiden Jokowi juga bertemu jajaran Dewan Perdamaian Afghanistan Karim Khalili di Istana Haram Sarai (Wisma Negara). Jokowi di dalam pertemuan itu menegaskan, Indonesia siap berkontribusi pada upaya perdamaian melalui rekonsiliasi di Afghanistan.

Salah satu bentuk upaya itu adalah melangsungkan acara Pertemuan Ulama Internasional.

"Indonesia siap menjadi tuan rumah (pertemuan ulama internasional)," ujar Jokowi.

Demi Perdamaian di Afghanistan

Pukul 17.25 waktu setempat, Presiden Jokowi dan rombongan sudah berada di Bandar Udara Internasional Hamid Karzai untuk bersiap kembali ke Tanah Air.
Enam jam kunjungan kenegaraan di Afghanistan mungkin terlalu singkat. Namun, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, momen singkat itu sudah cukup menggambarkan keteguhan hati Indonesia dalam berkontribusi pada perdamaian di Afghanistan.

Begitu pula dengan Presiden Ghani. Kunjungan enam jam Presiden Jokowi itu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu memberikan jaminan keamanan kepada tamu negara sekaligus pesan bahwa perdamaian memang harus diwujudkan.

"Perdamaian bukan hal yang jatuh dari langit. Perdamaian harus diupayakan. Marilah kita bergandeng tangan menciptakan perdamaian, marilah kita bergandeng tangan memelihara perdamaian," ujar Retno mengutip pernyataan Presiden Jokowi.  Kompas.com
loading...

Comments