loading...
Pemerintah Malaysia, Indonesia dan Thailand telah mengancam akan melakukan pembalasan jika larangan Uni Eropa benar-benar disetujui.
Ketiga negara sepakat akan melarang ekspor dari negara-negara UE, padahal nilai ekspor mereka mencapar 36 miliar poundsterling per tahun.
Sebagai bentuk kemarahan atas rencana larangan ekspor sawit ke UE tersebut, 1.000 petani kecil Malaysia yang keluarganya mengandalkan kelapa sawit, turun ke jalan di Kuala Lumpur, ibukota Malaysia, beberapa waktu lalu.
Mereka berunjuk rasa di kedutaan Uni Eropa.
Lebih dari 300.000 petani Malaysia telah menandatangani sebuah petisi dan mereka kirimkan ke Kedutaan Besar Uni Eropa di Kuala Lumpur.
Mah Siew Keong, Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Malaysia, mengatakan, Pemerintah Malaysia mengecam diskriminasi (larangan ekspor) ini.
"Ini adalah hambatan perdagangan proteksionis yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan dan merupakan pelanggaran terhadap komitmen WTO UE. Hal ini mirip dengan tanaman apartheid,"katanya.
"Jika ada kebutuhan untuk melakukan tindakan balas dendam, kami akan melakukannya tanpa ragu-ragu. Malaysia, Indonesia dan Thailand secara kolektif merupakan pembeli besar produk UE. Kami siap untuk pergi jauh-jauh,"tegasnya lagi.
Sementara itu, di UE sendiri genjar mengajukan larangan impor minyak sawit dari tiga negara tersebut dengan tujuan untuk melindungi hutan tropis di Asia.
Minyak kelapa sawit, yang juga telah digunakan sebagai alternatif bahan bakar fosil mobil di Eropa dan merupakan minyak yang berkualiatas baik.
"Eksportir kelapa sawit Malaysia dapat memenuhi standar kesinambungan yang ketat yang dibutuhkan oleh pelanggan Eropa kami, dan eksportir biofuel kelapa sawit Malaysia telah disertifikasi sebagai berkelanjutan dengan skema keberlanjutan Eropa terkemuka, termasuk ISCC Jerman (International Sustainability and Carbon Certification),"kata Mah Siew Keong. Tribunnews.com
loading...
Comments
Post a Comment