loading...
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di National Assembly of Pakistan,
Islamabad pada Jumat malam (26/1) mengatakan agar seluruh bangsa menjaga
stabilitas politik dan keamanan yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu
negara bahkan kawasan.
"Konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun, saya
ulangi konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun. Masyarakat
terutama wanita dan anak-anak selalu menjadi pihak yang paling dirugikan dengan
adanya konflik dan perang," kata Kepala Negara.
Menurut Presiden, konflik dan peperangan menghancurkan nilai-nilai
luhur kemanusiaan yang diberikan oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, Indonesia selalu berkomitmen menjaga perdamaian dunia
sebagai pendukung perdamaian.
Jokowi juga menjelaskan bersama dengan ASEAN, selama 50 tahun
terakhir, Indonesia telah bekerja keras untuk menciptakan ekosistem perdamaian,
stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Asia tenggara.
"Melalui persatuan dan sentralitas ASEAN, Indonesia juga terus
berkontribusi menciptakan kawasan Asia pasifik yang stabil dan sejahtera,"
kata Presiden.
Di kawasan lebih luas, Indonesia juga ingin terciptanya suatu
ekosistem perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik dan
menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan pertumbuhan bagi dunia.
Di tingkat global, seperti halnya Pakistan, Indonesia juga merupakan
salah satu penyumbang terbesar Pasukan Perdamaian Dunia.
Indonesia bertekad untuk menjadi Mitra Sejati Perdamaian Dunia.
"Dalam dua tahun ini, Indonesia terus bekerja sama dan memberikan
kontribusi untuk mengatasi perbedaan antar negara; membantu kemanusiaan
termasuk di wilayah konflik; membantu menjaga keamanan kawasan; mengatasi
ancaman kejahatan lintas batas, termasuk perdagangan obat-obatan terlarang,
perdagangan manusia dan ancaman terorisme," demikian Presiden dalam
keterangan dari Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden,
Bey Machmudin.
Presiden mengatakan ancaman radikalisme terorisme terjadi di
mana-mana.
Bahkan tidak ada satupun negara yang kebal dari ancaman terorisme yang
terjadi hampir di semua negara, termasuk di Indonesia dan Pakistan.
"Umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik, perang dan
terorisme. Lihatlah data yang sangat memprihatinkan ini, 76% serangan teroris
terjadi di negara Muslim; 60% konflik bersenjata terjadi di negara Muslim.
Lebih jauh lagi, jutaan saudara-saudara kita harus keluar dari negaranya untuk
mencari kehidupan yang lebih baik, 67% pengungsi berasal dari negara
Muslim," kata Kepala Negara.
Selain itu, Presiden mengingatkan bahwa jutaan generasi muda
kehilangan harapan masa depannya. Kondisi yang memprihatinkan itu sebagian
terjadi karena kelemahan internal, namun kontribusi faktor eksternal juga tidak
sedikit.
"Apakah kita akan biarkan kondisi yang memprihatinkan ini terus
berulang terjadi dan berulang terjadi lagi? Kalau Anda bertanya kepada saya,
maka saya akan menjawab tidak. Kita tidak boleh membiarkan negara kita terus
dalam situasi konflik, kita tidak boleh membiarkan dunia dalam situasi konflik.
Penghormatan kita kepada kemanusiaan, kepada humanity seharusnya yang menjadi
pemandu kita dalam berbangsa dan bernegara, sekali lagi penghormatan terhadap
kemanusiaan," jelas Jokowi.
Presiden menggarisbawahi bahwa sejarah mengajarkan kepada seluruh
bangsa bahwa senjata dan kekuatan militer tidak akan mampu menyelesaikan
konflik maupun menciptakan dan menjaga perdamaian dunia.
"Yang akan terjadi justru persaingan, perlombaan senjata yang
akan terus menciptakan ketegangan. Indonesia adalah negara yang pernah
mengalami konflik,? kata Jokowi.
Presiden menyebutkan bahwa konflik di Aceh telah terjadi lebih 30
tahun dan dengan menggunakan pendekatan militer saja tidak dapat menyelesaikan
konflik di Aceh. "Konflik ini selesai dengan negosiasi, dengan dialog.
Oleh karena itu, habit of dialogue harus terus dikedepankan," ucap
Presiden.
Budaya dialog itu menjadikan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
mampu menjadi mesin stabilitas dan kesejahteraan Asia Tenggara.
"Saya berharap setiap dari kita akan menjadi kontributor dari
perdamaian dunia, setiap dari kita menjadi kontributor upaya menyejahterakan
dunia demi kemanusiaan, demi keadilan. Kita harus menjadi part of solution dan
bukan menjadi part of the problem . Mari kita bekerja sama demi terciptanya
dunia yang damai dan sejahtera demi seluruh umat manusia yang hidup di
dunia," kata Presiden. AntaraNews.com
loading...
Comments
Post a Comment