loading...
Kedudukan Indonesia sebagai
negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia dipandang bermanfaat sebagai
penengah konflik di antara umat Islam, termasuk antara Pemerintah Afghanistan
dan kelompok Taliban.
Hal itu diungkapkan editor BBC Afghanistan,
Dawood Azami, menanggapi kunjungan Presiden Joko Widodo ke Afghanistan sebagai
bagian lawatan ke kawasan Asia Selatan.
Azami berpendapat, netralitas posisi Indonesia
itu bisa jadi mendorong Taliban memindahkan perwakilan politiknya dari Qatar ke
Indonesia.
"Indonesia bisa memainkan peran penengah
dalam proses perdamaian di Afghanistan karena baik Pemerintah Afghanistan
maupun kelompok oposisi bersenjata Taliban memercayai Indonesia yang telah
terbukti netral, tidak berpihak, dan tidak terlibat dalam konflik di
Afghanistan. Jadi tidak hanya berdasarkan pengalaman dan keterampilan."
"Indonesia bahkan kemungkinan akan
menawarkan menjadi tempat perwakilan Taliban di wilayahnya... beberapa anggota
atau pejabat Taliban kemungkinan akan pergi ke sana," tambah Dawood.
Usulan itu sebenarnya sudah dibicarakan dalam
sejumlah kunjungan pejabat kedua negara, termasuk dalam lawatan Menteri Luar
Negeri Retno Masudi ke Kabul dan Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan (HPC) ke
Indonesia.
Masalah perdamaian memang menjadi salah satu
agenda kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Afghanistan. Demikian dijelaskan
Sam Aryadi, fungsi penerangan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kabul.
"Kita bersahabat baik. Bahwa kita sesama
negara Muslim. Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar dunia,
Afghanistan juga mayoritas Muslim," ujar Sam.
"Kita berempati tentunya dengan masyarakat
Afghanistan, dan pemimpin Afghanistan menyampaikan Indonesia bisa membantu
mereka untuk mewujudkan perdamaian di Afghanistan," tambah Sam.
Presiden Jokowi dijadwalkan bertemu secara
bilateral dengan Presiden Mohammad Ashraf Ghani dan HPC dalam kunjungan satu
hari pada 29 Januari mendatang.
Menurut Watson Institute for International
Studies Costs of War Project, sekitar 31.000 warga sipil tewas karena perang di
Afghanistan dari 2001 sampai pertengahan 2016.
Bantuan pendidikan
Selain masalah perdamaian, Indonesia juga
memberikan beasiswa kepada ratusan mahasiswa Afghanistan untuk mendapatkan
pendidikan lanjutan di Indonesia.
Sikap moderat Islam di Indonesia tampaknya juga
menjadi salah satu daya tarik mahasiswa Afghanistan untuk mengikuti pendidikan
di Indonesia.
"Siapa pun yang mengunjungi negara lain,
hidup di antara orang-orang dari kebudayaan yang berbeda, terutama dalam
masyarakat beragam budaya seperti Indonesia, akan berpengaruh, memperluas
wawasan mereka, membuat mereka berpikir, membuat mereka lebih toleran,"
ujar Dawood Azami.
Baca juga: Taliban Serang Pos Keamanan
Afganistan, 22 Polisi Tewas
Sementara Sam Ariadi menjelaskan, kerja sama
pendidikan ini memang menjadi bagian dari pelatihan bagi mahasiswa dan pejabat
Afghanistan.
"Kita misalnya memberikan beasiswa terhadap
masyarakat Afghanistan setiap tahun melalui program beasiswa untuk belajar dan
sekolah di perguruan tinggi Indonesia," kata dia.
"Sudah banyak lulusannya dari Indonesia. Itu
yang akan kita terus berikan assistance . Kita juga memberikan capacity
training, capacity development untuk pejabat Afghanistan, mahasiswa,
masyarakat," katanya.
Selain ke Afghanistan, Presiden Jokowi juga
mengunjungi beberapa negara Asia Selatan lainnya, seperti Sri Lanka, India,
Pakistan, dan Bangladesh. Lawatan ini dilakukan pada 24 sampai 29 Januari 2018.
Presiden dijadwalkan akan melakukan misi ekonomi,
perdagangan, politik dan kemanusiaan di lima negara itu.
Pada Rabu (24/1/2018), Indonesia kembali
memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya di Bangladesh dalam bentuk
makanan, peralatan sekolah, lampu, serta peralatan rumah tangga. Kompas.com
loading...
Comments
Post a Comment