loading...
John Mcbeth menilai daya tawar JK jauh lebih
tinggi dibandingkan cawapres lainnya.
John
Mcbeth, jurnalis senior Asia Times, kembali membuat analisis menarik seputar Pilpres
2019. Dalam tulisannya berjudul "Widodo steams towards easy second
term" ("Jokowi Menuju Kursi Presiden Kedua Kalinya") di
Atimes.com pada 7 Februari 2018, McBeth menulis tentang kemungkinan kembalinya
duet Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2019.
Sumber McBeth dari internal tim Jokowi
menyatakan JK merupakan pilihan yang paling aman bagi Jokowi untuk maju.
Dibanding calon-calon lain dari kalangan Muslim, JK memiliki banyak kelebihan
yang bisa mengambil dan mempengaruhi suara-suara Muslim yang ini menjadi titik
lemah Jokowi.
Kekalahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada
Pilgub 2017 menjadi pelajaran berharga kubu Jokowi dalam menyiapkan medan
tempur pada Pilpres 2019. Anies Baswedan, lawan Ahok pada Pilgub 2017, sejak
awal tidak diunggulkan memenangkan perebutan DKI 1, namun dengan gerakan masif
isu keislaman, Anies pun menang.
McBeth menulis, JK adalah Ketua Dewan Masjid
Indonesia (DMI) dan alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang memiliki
pengaruh luas dan kuat di kalangan umat Islam. Menurut McBeth, Jokowi saat ini
memiliki kesulitan mendapatkan calon wakil presiden yang bisa diterima di
kalangan Muslim konservatif yang jumlah suaranya sangat signifikan.
JK di mata Jokowi dianggap sosok yang paling
berjasa dalam membawa Partai Golkar mendukung pemerintahan mereka. Sejak awal
kampanye Pilpres 2014, Golkar dengan Ketua Umumnya Aburizal Bakrie merupakan
pendukung kuat Prabowo. Bahkan di awal Pemerintahan Jokowi, sikap oposisi
Golkar tampak kuat.
Sumber dari kalangan dekat JK menyatakan JK
sudah mengetahui keinginan itu namun JK mengaku sudah lelah dan ingin pensiun
dari ingar-bingar politik nasional. Namun demikian, meski JK tetap maju maka
dia mengisyaratkan tidak akan penuh selama lima tahun menjadi wapres. JK hanya
ingin separoh jalan menjadi wapres yakni hingga 2022.
Dari survei SMRC beberapa waktu lalu, nama JK
masih berkibar sebagai kandidat wapres paling tinggi. JK berada di atas Agus
Harimurti Yudhoyono, putra mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang
juga Ketua Umum Partai Demokrat. Agus dikatakan McBeth memiliki peluang besar
digandeng Jokowi jika suara kalangan muda jauh lebih penting dan besar
dibandingkan suara dari Muslim konservatif.
SMRC mensurvei calon presiden yang memiliki
peluang tertinggi memenangkan Pilpres 2019. Nama Jokowi berada di posisi
teratas dengan persentase melebar jauh dari pesaing terberatnya, Prabowo
Subianto. Pada suervei SMRC terakhir, sebanyak 38,9 persen pemilih akan memilih
Jokowi sebagai presiden jika pilpres digelar hari itu. Sementara Prabowo meraih
10,5 persen.
Untuk generasi milenial, lembaga survei LSI
menyatakan ada 45 persen suara terdaftar yang dari jumlah itu sekitar 38,4
persen memilih Jokowi dan 24,6 persen Prabowo. Ada jarak tipis antara perolehan
suara Jokowi dan Prabowo di kalangan generasi milenial.
Sebelumnya, John Mcbeth menulis kritikan
pedas terhadap Pemerintahan Jokowi berjudul "Widodo's Smoke and Mirrors
Hide Hard Truths". Menurut dia, keberhasilan Pemerintahan Jokowi dalam
bidang infrastruktur hanya merupakan pencitraan belaka namun faktanya tidak
demikian.
JK masih layak jadi wapres
Menanggapi isu kembalinya Jokowi-JK, politisi
senior Partai Golkar Fahmi Idris menilai Jusuf Kalla masih valid untuk
mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019.
"Secara politik valid dari berbagai aspek.
Cuma itu tergantung pada kesediaan kedua belah pihak ya, terutama Pak JK. Masih
mau tidak melanjutkan sebagai wapres, lalu apakah Pak Jokowi betul akan memilih
Pak JK," ujar Fahmi, Senin (12/2).
Kebersamaan antara JK dan Jokowi dalam
kepemimpinan pemerintahan Kabinet Kerja ini juga berjalan baik. Anggota Dewan
Pembina Partai Golkar ini menilai kapasitas JK dapat diandalkan dalam
penguasaan di bidang ekonomi. Walaupun, kata dia, ada perbedaan antara JK dan
Jokowi, namun itu wajar dalam kemitraan.
Fahmi merasa yakin keduanya akan meraih suara
dari para pemilih jika kembali bersama mencalonkan diri. Meskipun tentunya,
pasti ada perkembangan dan perubahan dari periode lalu dan periode 2019
mendatang. Ia menyebut makin banyaknya generasi milenial yang memiliki hak
suara pada Pilpres 2019.
Mantan tim sukses Jokowi-JK pada pemilu 2014
lalu, Eva Kusuma Sundari, berpendapat peluang majunya kembali JK mendampingi
Jokowi bisa saja terjadi. Dalam politik, kata Eva, segalanya mungkin, asal ada
kesamaan kepentingan.
Eva menilai, adalah hal yang wajar jika
peluang JK menjadi pendamping Jokowi di pilpres 2019 lebih besar dibanding
orang lain. Pasalnya, keduanya saat ini sedang memimpin dan menjabat dengan
berbagai keberhasilannya. "Tetapi ini hitungan di atas kertas saat ini.
Yang paling valid adalah menjelang pilpres," katanya.
Anggota Komisi XI DPR ini menyatakan, baik
Jokowi dan JK tidak perlu diganggu dengan isu pilpres. Menurutnya, yang paling
penting adalah bagaimana Jokowi dan JK menyelesaikan Nawacita, khususnya
menggenjot pertumbuhan ekonomi. Menggenjot pertumbuhan ekonomi ini adalah
kampanye yang paling jitu untuk meningkatkan peluang mereka berdua di periode
berikut, baik bersama maupun terpisah. republika.co.id
loading...
Comments
Post a Comment