loading...
"Pemerintah pusat sudah memberikan
cukup. Kalau rakyat marah-marah kok presiden yang dimarahi. Dana otonomi khusus
itu, 80 persen ada di kabupaten-kota. Pemerintah kabupaten yang seharusnya
ditekan untuk memperbaiki manajemen kesehatan di Agats," kata Tigor saat
dihubungi detikcom, Senin (5/2/2018) malam.
Penyelenggaraan manajemen kesehatan, ia
melanjutkan, adalah kewenangan kabupaten. Selama ini dana otonomi khusus berada
di tangan mereka, belum lagi ditambah dana BPJS. Seharusnya anggaran ini cukup
untuk membangun fasilitas kesehatan.
Menurut Tigor, munculnya wabah difteri di
Agats karena pemerintah kabupaten tidak mempersiapkan manajemen yang baik. Ia
mengungkapkan pengalamannya mengelola jaringan fasilitas kesehatan di Wamena.
Salah satunya membangun jalur distribusi dan komunikasi dengan perangkat
petugas kesehatan di beberapa wilayah pedalaman lain.
"Kalau dulu kami para dokter tinggal di
puskesmas dan patroli. Sistem dengan daerah pedalaman kami bangun, rujukan kami
buat, jalur komunikasi juga. Padahal uang terbatas, kecil sekali. Kalau
sekarang uang ada, tapi cuma ngumpul di ibu kota kabupaten saja,"
jelasnya.
Lulusan Fakultas Kedokteran UI 1978 itu
memiliki pengalaman beberapa tahun bertugas di Asmat dalam proyek bersama UNDP
pada rentang 1997-1999. Menurutnya, karakter masyarakat Asmat unik. Mereka
menarik makanan dan dibawa ke rumah untuk dimakan bersama-sama.
"Nah, yang makan paling banyak itu
bapaknya, lalu ibunya, baru anaknya. Anaknya itu juga sering cari makan
sendiri, kerok sagu bula, memancing, apa saja," jelasnya.
Ia pun membentuk sistem manajemen pengelolaan
fasilitas kesehatan di berbagai wilayah Asmat. Para pekerja lapangan membuat
pos kesehatan di wilayah-wilayah terpencil.
Pembangunan ini berhasil dan dapat menjaga
kualitas kesehatan masyarakat. Namun, ketika program UNDP selesai, tawaran
untuk melanjutkan ke bupati tidak mendapat respons sehingga terhenti.
"Kalau dulu ketika Orde Baru yang
bertugas di provinsi memiliki kewenangan untuk mengatur. Sekarang tidak bisa,
makanya ketika ditolak tidak bisa apa-apa," jelasnya.
Padahal sistem ini hampir sama dengan yang
dijalankannya selama mengabdi di Wamena. Ia berhasil membuat pola manajemen
untuk menjangkau wilayah pedalaman yang jauh sekali. Saat itu pemekaran belum
dilakukan, wilayah kerjanya lebih luas daripada Provinsi Jawa Barat. detik.com
loading...
Comments
Post a Comment