loading...
Presiden Joko Widodo ( Jokowi) kembali
menggelar rapat terbatas dengan sejumlah menteri Kabinet Kerja terkait
Kebijakan Satu Peta hari ini, Senin, 5 Februari 2018. Ratas kali ini merupakan
yang ketiga kali dilakukan sejak 7 April 2016.
"Saya ingin mendengar laporan
pelaksanaan implementasi di lapangan, wilayah mana saja yang sudah berhasil
dibuatkan satu peta, wilayah mana yang belum. Apa kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam mewujudkan kebijakan satu peta ini," katanya di Kantor
Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Presiden Jokowi menjelaskan kebijakan satu
peta ini diperlukan untuk menyatukan seluruh informasi peta yang diproduksi
oleh pelbagai kementerian/lembaga ke dalam satu peta secara integratif.
"Sehingga tidak terdapat lagi perbedaan
dan tumpang tindih informasi geospasial dan akan hanya ada satu referensi
geospasial yang menjadi pegangan dalam pembuatan kebijakan strategis maupun
penerbitan perizinan," ucapnya.
Menurut Jokowi, di lapangan masih ditemukan
tumpang tindih perizinan dan peta yang berujung dengan konflik dan menghambat
laju perekonomian di daerah. Ia mencontohkan di Pulau Kalimantan terdapat lebih
kurang 4 juta hektare kawasan hutan yang tumpang tindih dengan perkebunan.
"Saya yakin kebijakan satu peta akan
mempermudah penyelesaian konflik yang timbul akibat tumpang tindih pemanfaatan
lahan, serta juga membantu penyelesaian batas daerah di seluruh tanah
air," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang
Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kebijakan satu peta rencananya akan
dirilis pada 17 Agustus 2018. Hal itu sebagai bentuk arahan langsung dari
Presiden Jokowi dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (KSP).
Hadir dalam rapat terbatas kali ini Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti
Nurbaya Bakar. tempo.co
loading...
Comments
Post a Comment