loading...
Ketum Gerindra Prabowo Subianto pernah bicara tentang 'Indonesia bubar tahun 2030' dalam acara di kampus Universitas Indonesia (UI). Pada acara tersebut, Prabowo juga menunjukkan novel berjudul 'Ghost Fleet', yang menjadi rujukannya dalam menyampaikan hal itu.
"'Ghost Fleet' ini novel, tapi ditulis 2 ahli strategi dari Amerika, menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030. Yang menarik dari sini bagi kita hanya 1. Mereka ramalkan tahun 2030, Republik Indonesia sudah tidak ada lagi," kata Prabowo dalam video yang diunggah akun Gerindra TV di YouTube, seperti dilihat detikcom pada Rabu (21/3/2018).
'Ghost Fleet' merupakan novel yang menceritakan tentang 'perang dunia selanjutnya'. Penulisnya adalah PW Singer dan August Cole serta diterbitkan pada 2015.
"Berikut ini terinspirasi dari tren dan teknologi dunia nyata. Tapi, akhirnya, ini adalah sebuah karya fiksi, bukan prediksi," tulis Singer dan Cole pada bagian Catatan Penulis di novel tersebut.
Novel setebal lebih dari 400 halaman itu terdiri dari 4 bagian ditambah prakata dan epilog. Namun tak ditulis latar waktu secara rinci dalam cerita tersebut. Hanya, di bagian catatan akhir ada tautan tentang prediksi mata uang China, Renminbi (RMB), pada 2030.
Setidaknya ada 7 kali kata 'Indonesia' muncul di novel tersebut. Cerita tentang Indonesia muncul pertama kali di Bagian I novel itu. Singer dan Cole menuliskan kata 'former' pada kata 'Indonesia', yang artinya secara harfiah menjadi 'bekas Indonesia'.
Latar tempat menceritakan suasana di Kapal USS Coronado di Selat Malaka. Salah seorang komandan bernama Simmons tengah menunjukkan posisi kapal yang memasuki Selat Malaka. Simmons berkata dalam novel itu bahwa lebih dari separuh kapal dunia melintas di Selat Malaka.
"Kira-kira 600 mil panjang saluran antara bekas Indonesia dan Malaysia kurang dari 2 mil lebarnya pada jarak tersempit, hampir memecah masyarakat otoriter Malaysia dari anarki di mana Indonesia tenggelam ke dalamnya setelah Perang Timor kedua," tulis dalam novel tersebut.
Masih di Bagian I, dengan latar tempat di Kedubes AS di Beijing, seorang Jenderal Angkatan Udara bernama Wu Liao berbicara. "Latihan bersama China-AS untuk membantu membawa perintah ke perairan di sekitar Bekas Republik Indonesia adalah pertanda masa depan kita akan jadi yang paling kuat," kata Jenderal Wu di novel itu.
Ada lagi cerita dengan latar tempat di Pangkalan Angkatan Laut Yulin, Pulau Hainan. Tokoh Laksamana Wang menanyakan kabar tentang Jenderal Feng kepada asistennya. Jenderal Feng telah dibunuh.
"Dia pikir dia bisa menjual ratusan ton senjata kecil ke binatang yang memerintah Sulawesi Utara dua kali dengan harga yang disepakati tanpa sepengetahuan kita. Persepsi keserakahan itu yang membuat penyangkalan program ketidakstabilan Indonesia kita," kata Wang.
Pada latar tempat lainnya, ada perbincangan tentang wilayah bekas Indonesia yang disebut-sebut menyimpan cadangan energi. China berupaya menghalau AS masuk wilayah yang salah satunya adalah 'bekas' Indonesia, di mana China berkepentingan.
Bagian II novel itu sudah menggambarkan soal peta kekuatan militer. Ada sebuah tank yang pernah dipakai dalam operasi di Afrika dan wilayah bekas Indonesia.
Pada Bagian III digambarkan adanya cara yang biasa dilakukan orang Indonesia, yakni menggabungkan logam, plastik, dan kayu jadi bentuk geometris yang semestinya mustahil menjadi rumah. Mungkin yang dimaksud penulis novel ini adalah rumah bedeng.
Secara umum memang tak disebutkan Indonesia telah bubar dalam novel tersebut. Tapi penyebutan frasa 'bekas Indonesia' menunjukkan pernah ada sebuah wilayah yang dinamakan Indonesia. detik.com
loading...
Comments
Post a Comment