loading...
"Tentunya kami akan lakukan (tindakan tegas bila ada tokoh politik yang terlibat, red) itu. Saya sudah katakan tadi bahwa polisi itu melakukan penegakan itu yang berkeadilan, tidak berpihak pada kepentingan apapun. Apakah kepentingan perorangan, kepentingan politik atau lainnya," kata Gatot.
Hal ini disampaikan jenderal bintang dua yang sehari-hari menjabat sebagai staf Ahli bidang Sosial dan Ekonomi Kapolri itu di gedung Rupatama, Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (5/3/2018).
"Satgas ini kan baru bekerja lebih kurang dua minggu kan, kami sudah mendapatkan hasil yang tadi. Satgas ini tidak berhenti, kami sudah membentuk tim-tim dan akan mendalami hasil yang tadi untuk melihat yang terjadi di lapangan dan dunia maya," ujar Gatot.
Saat ditanya kelompok politik yang diduga mendorong kegiatan eks Saracen dan MCA, Gatot mengaku belum mendapatkan temuan ke arah sana. "Sampai sekarang saya belum temukan (kelompok politik yang terindikasi) itu ya," tutur Gatot.
Gatot menyatakan kelompok penyebar hoaks itu memiliki motif politik. Gatot mengatakan dengan menyebar isu penyerangan ulama, para kelompok penyebar hoax ini bermaksud untuk memecah belah masyarakat. Sehingga muncul keresahan di masyarakat yang berdampak pada pemerintahan.
"Dengan adanya hal ini akan muncul konflik sosial yang ganggu persatuan bangsa. Tentunya pemerintah dianggap tidak mampu kelola bangsa dan akan degradasi pemerintah sekarang. Apalagi sekarang tahun politik," ujarnya.
Dari hasil pengusutan kasus, diketahui isu penyerangan ulama disebarkan selama Februari 2018. Dari 45 isu yang disebarkan, hanya ada 3 peristiwa yang nyata terjadi di lapangan.
Bareskrim Polri sendiri menangkap setidaknya 14 orang terkait penyebaran hoax penyerangan ulama oleh kelompok Muslim Cyber Army. Polisi menyatakan MCA memiliki keterkaitan dengan kelompok penyebaran hoax dan hate speech yang beberapa waktu lalu sudah diungkap, Saracen. detik.com
loading...
Comments
Post a Comment