loading...
Perwakilan Ulama Perempuan Indonesia menyerukan moral kebangsaan. Seruan ini dilatarbelangi peristiwa intoleransi di berbadagai daerah.
Seruan itu disampaikan para tokoh perempuan intoleran dari seluruh Indonesia. Mereka di antaranya Badriyah Fayumi, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi yang juga Ketua Alimaat Indonesia, Nyai Hindun Annisah Pengasuh Pondok Pesantren Hasyim Asyari, Jepara, dan Nyai Yulianti Muthmainnah Pengurus PP Aisyiah.
Perwakilan datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan. Mereka bertemu di Masjid Istiqlal, Kamis (1/3/2018).
Seruan itu berisi 5 point yangpada intinya mendorong kepada semua pihak untuk menjaga kemajemukan Indonesia dengan menghindari praktik-praktik buruk dalam kontestasi politik seperti politisasi identitas, hoax dan ujaran kebencian yang dapat merusak kohesi sosial bangsa.
Inisiatif seruan moral ini adalah representasi kegelisahan ulama-ulama perempuan di seluruh Indonesia, yang berkhidmat di pesantren, majelis taklim, dan forum-forum pendidikan keagamaan lainnya.
"Jaringan Ulama Perempuan memiliki kegelisahan yang sama, karena itu acara seruan moral ini juga akan simultan diikuti oleh jaringan ulama perempuan se Indonesia, yang semakin solid sejak Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama digelar pada April 2017 lalu," kata Fayumi.
Menurut dia, ulama perempuan memiliki kekhasan dalam berdakwah. Selain penuh kesejukan, mempersatukan, tidak membakar dan berorientasi Rahmatan Lil Alamin.
“Ada 4 prinsip dakwah ulama perempuan yakni, keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kesemestaan. Ini sesuai hakikat Islam yang menjadi rahmat bagi semesta,” kata dia. suara.com
loading...
Comments
Post a Comment