loading...
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai partai politik pendukung Joko Widodo senang ketika Rapat Koordinasi Nasional Partai Gerindra memutuskan mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Dengan keputusan tersebut maka tercipta kontestasi seperti pada Pilpres 2014.
"Jadi agenda setting pendukung Jokowi kelihatan sekali, yaitu bagaimana caranya agar terulang kembali 'head to head' Jokowi dengan Prabowo. Saat ini yang dilawan Prabowo adalah Jokowi sebagai petahana, dulu Jokowi bukan petahana saja Prabowo kalah," kata Pangi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, seperti dilansir Antara, Minggu (15/4).
Dia menilai apabila Prabowo berhadapan dengan Jokowi, artinya sama saja Ketua Umum Partai Gerindra itu kembali memberikan 'tiket gratis' kepada Jokowi menjadi presiden dua periode.
Menurut dia, seharusnya, Prabowo belajar banyak dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang lebih memilih menahan diri dan merelakan mengusung Jokowi sebagai Capres di Pilpres 2014.
Dia menilai apabila Prabowo berhadapan dengan Jokowi, artinya sama saja Ketua Umum Partai Gerindra itu kembali memberikan 'tiket gratis' kepada Jokowi menjadi presiden dua periode.
Menurut dia, seharusnya, Prabowo belajar banyak dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang lebih memilih menahan diri dan merelakan mengusung Jokowi sebagai Capres di Pilpres 2014.
"Karena itu mendaur ulang pertarungan lama antara Jokowi-Prabowo pada Pilpres 2019 menjadi tidak menarik lagi untuk ditonton. Padahal masyarakat ingin pertarungan aktor baru sehingga film menjadi menarik dan seru," ujarnya.
Di sisi lain, menurut Pangi, kekuatan mesin partai pendukung Prabowo di Pilpres kalah banyak dan kalah kuat dari koalisi parpol pendukung Jokowi. Selain itu dia menilai, saat ini Jokowi sedang menyiapkan beberapa 'senjata' pendongkrak elektabilitas yang membuat pemilih enggan bergeser dalam mendukung Jokowi.
"Keunggulan pembangunan infrastruktur pemerintahan Jokowi yang menjadi kelebihannya. Ini akan membuat Prabowo makin sulit lagi mengimbangi Jokowi," katanya.
Sementara itu dia menilai koalisi Jokowi ketakutan apabila Gatot Nurmantyo maju dalam Pilpres 2019 dan Prabowo menjadi penentu kebijakan atau 'king maker'. Hal itu menurut dia karena saat ini adalah momentum emas untuk Gatot dengan pertumbuhan elektabilitasnya yang masih terus menanjak.
"Jika dibandingkan dengan Prabowo yang digadang-gadang akan maju dalam Pilpres 2019, nama Gatot bisa dikatakan bisa menjadi sang penantang tangguh Jokowi," katanya.
Pangi menilai Prabowo harus realistis dan harus menghitung ulang serta mengkalkulasi secara matematika politik agar tidak salah hitung.
Dia mengatakan ada konsekuensi logis yang perlu dipertimbangkan kembali sebelum maju sebagai capres seperti amunisi politik, Pilkada serentak Juni 2017 yaitu kepala daerah diusung Gerindra menjadi faktor determinan menentukan, sehingga Prabowo bisa memberikan kejutan untuk meruntuhkan skenario pendukung Jokowi. merdeka.com
Di sisi lain, menurut Pangi, kekuatan mesin partai pendukung Prabowo di Pilpres kalah banyak dan kalah kuat dari koalisi parpol pendukung Jokowi. Selain itu dia menilai, saat ini Jokowi sedang menyiapkan beberapa 'senjata' pendongkrak elektabilitas yang membuat pemilih enggan bergeser dalam mendukung Jokowi.
"Keunggulan pembangunan infrastruktur pemerintahan Jokowi yang menjadi kelebihannya. Ini akan membuat Prabowo makin sulit lagi mengimbangi Jokowi," katanya.
Sementara itu dia menilai koalisi Jokowi ketakutan apabila Gatot Nurmantyo maju dalam Pilpres 2019 dan Prabowo menjadi penentu kebijakan atau 'king maker'. Hal itu menurut dia karena saat ini adalah momentum emas untuk Gatot dengan pertumbuhan elektabilitasnya yang masih terus menanjak.
"Jika dibandingkan dengan Prabowo yang digadang-gadang akan maju dalam Pilpres 2019, nama Gatot bisa dikatakan bisa menjadi sang penantang tangguh Jokowi," katanya.
Pangi menilai Prabowo harus realistis dan harus menghitung ulang serta mengkalkulasi secara matematika politik agar tidak salah hitung.
Dia mengatakan ada konsekuensi logis yang perlu dipertimbangkan kembali sebelum maju sebagai capres seperti amunisi politik, Pilkada serentak Juni 2017 yaitu kepala daerah diusung Gerindra menjadi faktor determinan menentukan, sehingga Prabowo bisa memberikan kejutan untuk meruntuhkan skenario pendukung Jokowi. merdeka.com
loading...
Comments
Post a Comment