loading...
Menteri komunikasi dan informasi (Menkominfo) Rudiantara dalam kunjungannya ke pondok pesantren (ponpes) Al-Mumtaz mengungkapkan bahwa pemblokiran situs radikal tidak efisien.
Menurutnya lebih efisien memerangi konten radikalisme dari sekolah-sekolah.
Hal tersebut diungkapkan Rudiantara pada kunjungan kerja dan bakti sosial di ponpes Al-Mumtaz pada Senin (21/5/2018).
"Dengan adanya pemahaman ditingkat sekolah mengenai radikalisme, siswa-siswa dapat mengkonter konten negatif dengan konten positif," ucapnya.
Menkominfo melanjutkan, jika ponsel sudah boleh masuk ke kalangan santri, jangan dilepas begitu saja tetapi tetap dibatasi jam penggunaan ponselnya.
"Jangan sampai santri-santri disini terpapar paham radikalisme karena tidak ada pembatasan jam penggunaan ponsel. Saya sarankan untuk membagikan konten-konten posotif seperti membuat kue atau menjahit bagikan kemampuan itu," terangnya.
Saat ini pihaknya telah berhasil memblokir 2500 konten yang disinyalir mengarah ke radikalisme.
"Tidak bisa kominfo saja atau polisi saja masyarakat juga harus bergerak untuk melaporkan konten-konten terkait radikalisme, ekstrimisme, terorisme," katanya.
Sementara itu Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengatakan pentingnya sosialisasi kepada sekolah sekolah terkait banyaknya konten-konten radikalisme di dunia maya.
"Sosialisasi ke sekolah-sekolah sangat penting sebagai salah satu bentuk edukasi karena sekolah tingkat SMA merupakan umur produktif," terangnya.
Immawan menerangkan, siswa-siswa sekolah perlu diberikan materi mengenai dampak buruk konten yang memecah belah bangsa.
"Perlu adanya pemahaman konkrit untuk anak-anak seumuran SMA," tutupnya. tribunnews.com
loading...
Comments
Post a Comment